Mogok Meteor Chelyabinsk: Risiko Asteroid Tersembunyi dalam Silau Matahari

RUSIA: Pada 15 Februari 2013, sebuah asteroid masif memasuki atmosfer bumi, menyebabkan ledakan dahsyat di kota Chelyabinsk, Rusia.
Ledakan itu menghancurkan jendela, merusak bangunan, dan melukai lebih dari seribu orang.
– Iklan –
Peristiwa itu, yang dikenal sebagai serangan meteor Chelyabinsk, merupakan pengingat nyata akan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh batuan luar angkasa dan kebutuhan mendesak untuk mendeteksi dan melacaknya.
Sama seperti meteor Chelyabinsk, yang tidak dapat dideteksi oleh para astronom dan badan antariksa, banyak asteroid yang tersembunyi dari pandangan manusia karena silau matahari.
– Iklan –
Batuan luar angkasa ini, yang dikenal sebagai objek dekat Bumi (NEO), sulit dideteksi menggunakan teleskop tradisional dan memerlukan teknologi canggih serta algoritme canggih untuk diidentifikasi dan dilacak.
Menurut NASA, ada lebih dari 25.000 NEO di tata surya, banyak di antaranya masih belum ditemukan.
– Iklan –
Badan tersebut memperkirakan bahwa mereka telah mengidentifikasi hanya sekitar sepertiga dari jumlah total NEO yang lebih besar dari 140 meter (460 kaki), yang dianggap berpotensi berbahaya bagi Bumi.
Untuk mengatasi tantangan ini, NASA telah meluncurkan beberapa program untuk mendeteksi dan melacak NEO, seperti Near-Earth Object Wide-field Infrared Survey Explorer (NEOWISE), yang menggunakan teleskop inframerah untuk mencari asteroid yang tidak terlihat oleh teleskop optik.
NEOWISE telah menemukan lebih dari 1.000 NEO yang sebelumnya tidak diketahui, termasuk beberapa asteroid yang berpotensi berbahaya.
Salah satunya, yang disebut 2016 WF9, menimbulkan kekhawatiran di antara para ahli teori konspirasi pada tahun 2017 ketika dikabarkan secara salah sebagai planet nakal yang sedang bertabrakan dengan Bumi.
Pada kenyataannya, WF9 2016 adalah asteroid kecil dan gelap dengan diameter sekitar 1 kilometer (0,6 mil) yang mengorbit matahari pada jalur yang sangat memanjang yang membawanya dari luar Mars ke tata surya bagian dalam.
Asteroid tersebut tidak dianggap sebagai ancaman bagi Bumi dan melewati planet kita dengan aman pada 25 Februari 2017, pada jarak sekitar 51 juta kilometer (32 juta mil).
Namun, insiden tersebut menyoroti pentingnya informasi yang akurat dan pendidikan publik tentang NEO, yang dapat membantu mencegah kepanikan yang tidak perlu dan meningkatkan kesiapsiagaan jika ada ancaman nyata.
Selain upaya NASA, organisasi dan negara lain juga sedang mengerjakan deteksi dan mitigasi NEO.
Misalnya, Badan Antariksa Eropa (ESA) telah meluncurkan misi bernama Hera, yang bertujuan mempelajari dan membelokkan sistem asteroid biner bernama Didymos.
Didymos terdiri dari dua asteroid, satu berdiameter sekitar 780 meter (2.560 kaki) dan yang lainnya berdiameter sekitar 160 meter (525 kaki), yang mengorbit satu sama lain.
Misi Hera, yang dijadwalkan diluncurkan pada 2024, akan mengirim pesawat ruang angkasa untuk mempelajari dan menabrak asteroid yang lebih kecil untuk mengubah orbitnya dan menguji keefektifan teknik defleksi asteroid.
Secara keseluruhan, serangan meteor Chelyabinsk dan upaya berkelanjutan untuk mendeteksi dan memitigasi NEO berfungsi sebagai peringatan bagi dunia tentang potensi bahaya dan peluang eksplorasi ruang angkasa.
Meskipun ada banyak tantangan dan ketidakpastian di masa depan, ada juga potensi luar biasa untuk penemuan ilmiah, inovasi teknologi, dan kerja sama global dalam upaya memahami dan melindungi planet kita dan penghuninya.
Baca Juga: NASA Berikan Kontrak Misi Mars ke Blue Origin